MEDIUM CRAZE

Penemuan Benda Kuno Dan Flora & Fauna Langkah Sejarah Dunia

Penemuan Aktivitas Manusia Purba di Gua Emok Tum, Pegunungan Bintang, Papua

Di lereng Pegunungan Bintang, Papua, terdapat sebuah gua bernama Emok Tum yang kini menjadi perhatian para arkeolog. Pada tahun 2018, sekelompok peneliti dari dalam dan luar negeri melakukan penggalian di sana dan menemukan bukti nyata bahwa manusia telah menghuni dan beraktivitas di wilayah ini sejak ribuan tahun lalu. Penemuan ini memberi gambaran bagaimana manusia purba memanfaatkan sumber daya alam di lingkungan pegunungan tinggi yang keras.


Lokasi yang Tersembunyi di Ketinggian

Gua Emok Tum terletak di ketinggian sekitar 2.500 meter di atas permukaan laut, di jalur yang menghubungkan Kampung Okbabe dengan daerah Suntamon. Perjalanan menuju lokasi bukan hal yang mudah. Tim peneliti harus menempuh rute terjal menggunakan kendaraan off-road dan berjalan kaki menembus hutan pegunungan. Akses yang sulit inilah yang membuat gua ini jarang dijamah manusia modern, sehingga kondisi situs relatif terjaga.


Tim Peneliti dan Tujuan Ekskavasi

Ekskavasi ini dipimpin oleh Dr. Marian Vanhaeren dari Prancis dan Prof. Wulf Schiefenhovel dari Jerman. Mereka bekerja sama dengan arkeolog lokal dari Balai Arkeologi Papua, termasuk peneliti Hari Suroto. Tujuan utama mereka adalah mengungkap jalur migrasi manusia purba di wilayah Pegunungan Tengah Papua, serta mencari tahu bagaimana mereka bertahan hidup di lingkungan ekstrem.

Lokasi ini dipilih karena berada di jalur strategis yang menghubungkan area pemukiman dengan sumber batu andesit di Suntamon — material penting untuk pembuatan kapak batu pada masa lalu.


Temuan Penting dari Dalam Gua

Hasil penggalian menunjukkan beberapa artefak dan sisa aktivitas manusia yang signifikan:

  1. Arang Sisa Pembakaran Api
    Potongan arang yang ditemukan di lantai gua menunjukkan bahwa manusia purba di sini telah menguasai teknik menyalakan dan memelihara api. Hasil uji penanggalan radiokarbon mengungkap bahwa aktivitas tersebut terjadi sekitar 2.140 tahun yang lalu. Ini berarti, jauh sebelum teknologi modern, manusia di pegunungan ini sudah mampu memanfaatkan api untuk memasak, menghangatkan tubuh, dan mungkin mengusir hewan liar.

  2. Tulang Hewan dan Paruh Burung
    Penemuan tulang-tulang kecil dari hewan marsupial serta sisa paruh burung menunjukkan bahwa penduduk gua ini bergantung pada fauna lokal untuk sumber pangan. Temuan ini juga memberi petunjuk bahwa mereka memiliki teknik berburu yang cukup efektif, meski dengan peralatan sederhana.


Gua Sebagai Tempat Persinggahan

Berdasarkan distribusi temuan, para peneliti memperkirakan Gua Emok Tum berfungsi sebagai tempat singgah sementara. Manusia purba yang melewati jalur ini kemungkinan berhenti di gua untuk beristirahat, memasak hasil buruan, dan melanjutkan perjalanan menuju sumber batu andesit atau wilayah pemukiman lain. Pola ini mirip dengan pos persinggahan modern, hanya saja dalam skala prasejarah.


Menghubungkan Situs Papua dengan Dunia Luar

Yang menarik, penemuan di Gua Emok Tum memiliki kaitan dengan situs prasejarah lain di Papua Nugini, seperti Situs Kuk yang terkenal dengan bukti pertanian tertua di Oseania (sekitar 8.000 tahun lalu). Meski jarak geografis cukup jauh, kemungkinan jalur pegunungan seperti ini menjadi bagian dari jaringan migrasi yang luas. Artinya, manusia purba di wilayah ini bukan komunitas terisolasi, melainkan bagian dari pergerakan populasi yang lebih besar.


Kehidupan di Pegunungan Tinggi Ribuan Tahun Lalu

Tinggal di ketinggian lebih dari 2.000 meter tentu bukan perkara mudah. Suhu dingin, medan terjal, dan keterbatasan sumber pangan menuntut manusia purba untuk memiliki strategi bertahan hidup yang cerdas. Menguasai api adalah salah satu kunci, namun adaptasi lain seperti mengenali jalur buruan, mengatur perbekalan, dan membangun tempat perlindungan juga penting.

Temuan tulang marsupial, misalnya, menunjukkan bahwa mereka memanfaatkan satwa yang memang khas di wilayah Papua, yang tidak ditemukan di banyak tempat lain di Indonesia. Hal ini memperlihatkan betapa mereka mampu menyesuaikan teknik berburu dengan lingkungan yang spesifik.


Perspektif Sosial dan Budaya Lokal

Bagi masyarakat sekitar Pegunungan Bintang, penemuan ini menjadi kebanggaan tersendiri. Gua Emok Tum kini bukan sekadar formasi batu di pegunungan, melainkan simbol keterhubungan mereka dengan leluhur yang hidup ratusan generasi lalu. Cerita tentang manusia yang menyalakan api di tempat ini ribuan tahun silam dapat menjadi bagian dari narasi identitas lokal.


Tantangan Pelestarian Situs

Meski potensinya besar, situs ini belum sepenuhnya terlindungi secara formal. Lokasinya memang sulit diakses, namun ancaman dari aktivitas manusia modern tetap ada, mulai dari penggalian liar hingga kerusakan lingkungan. Untuk itu, pelestarian memerlukan:

  • Penetapan gua sebagai cagar budaya yang dilindungi hukum.

  • Pelibatan masyarakat lokal dalam pengawasan dan edukasi.

  • Penelitian lanjutan untuk mengungkap lapisan-lapisan sejarah yang mungkin masih tersembunyi.


Potensi Pariwisata Edukasi

Jika dikelola dengan baik, Gua Emok Tum berpotensi menjadi destinasi wisata edukasi. Konsepnya bisa menggabungkan trekking alam, kunjungan ke situs bersejarah, dan pameran artefak di pusat informasi lokal. Namun, konsep ini harus dirancang hati-hati agar tidak merusak keaslian situs.


Pesan dari Masa Lalu

Penemuan di Gua Emok Tum mengajarkan kita bahwa manusia purba bukanlah makhluk pasif yang hanya bergantung pada alam. Mereka aktif beradaptasi, mencari sumber daya, dan mengembangkan teknologi sesuai kebutuhan. Meski alat mereka sederhana, prinsip bertahan hidup yang mereka terapkan tidak jauh berbeda dengan prinsip manusia modern: mengamankan pangan, perlindungan, dan kenyamanan hidup.


Gua Emok Tum adalah bukti bahwa peradaban manusia purba juga berkembang di wilayah pegunungan tinggi, bukan hanya di pesisir atau dataran rendah. Temuan arang, tulang hewan, dan sisa aktivitas lain membuktikan kecerdikan manusia di masa lalu dalam menghadapi tantangan lingkungan. Kini, tugas kita adalah melestarikan situs ini, meneliti lebih lanjut, dan mengajarkan generasi mendatang bahwa sejarah bukan hanya ada di buku, tapi juga terukir di dinding gua

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *